Indonesia telah melahirkan sejumlah seniman hebat yang karyanya mendunia. Namun, hasil karya seniman Indonesia telah melegenda dan diakui dunia. Beberapa lukisannya bahkan dipajang di museum-museum seni di luar negeri.
Tentu saja, ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Indonesia yang masih bisa melihat dan mengapresiasi karyanya. Berikut ini lima seniman Indonesia ternama yang karyanya telah melegenda.
1. Raden Saleh Sjarif Boestaman (1811-1880)
Raden Saleh Sjarif Boestaman dianggap sebagai seniman modern pertama Indonesia dan orang pertama yang belajar di Eropa. Lahir dari keturunan ayah Arab dan bangsawan Jawa, ia menghabiskan waktu dengan seorang pawang sirkus dan mendapat beasiswa untuk belajar di Belanda. Ia tinggal di luar negeri selama hampir 23 tahun di Belanda, Jerman, Prancis, Swiss, Skotlandia, dan Italia. Perburuan menjadi tema utama karyanya, yang memperlihatkan konflik yang kacau antara manusia dan hewan. Perburuan Banteng menampilkan potret diri: Raden Saleh berada di atas kuda cokelat di tengah. Lukisan cat minyak ini diyakini dibuat oleh seorang pedagang gula dan kopi abad ke-19, Jules Stanislas Sigisbert Cezard.
Lukisan ini kemudian dijual, diwariskan beberapa kali, dan kemudian ditemukan kembali di ruang bawah tanah sebuah rumah di Prancis pada bulan Agustus 2017. Dalam pelelangan, penawaran dibuka pada harga dasar €200.000 dan ditutup pada harga €7,2 juta. Banyak karya Raden Saleh yang hilang dalam kebakaran di sebuah pameran seni kolonial di Paris pada tahun 1931. Setidaknya satu karya dicuri dari Galeri Seni Nasional Indonesia pada tahun 1990-an dalam sebuah pekerjaan di dalam. Ada sekitar 30 karya terkenalnya di Indonesia, termasuk enam karya dalam koleksi kepresidenan di istana negara Istana Merdeka.
2. Sindudarsono Sudjojono (1914-1986)
Lukisan ini menggambarkan Pangeran Diponegoro dan pasukannya dalam pertempuran melawan tentara Belanda selama Perang Jawa yang berlangsung selama lima tahun (1825-1830). Pangeran Diponegoro, yang ayahnya adalah Sultan Yogyakarta, adalah sosok berkulit pucat berpakaian putih. Sebelumnya, ia bekerja sama dengan Belanda, tetapi memberontak setelah adik tirinya yang lebih muda dipilih untuk menjadi penerus takhta Yogyakarta. Ia juga kesal dengan Belanda karena membangun jalan di dekat makam orang tuanya. Pasukannya bertahan melawan Belanda selama lima tahun, tetapi kalah ketika Diponegoro ditipu untuk menghadiri perundingan damai yang dijanjikan, tetapi kemudian ditangkap dan diasingkan.
Apa kata para ahli: Karya ini merupakan ajakan bertindak yang disengaja bagi orang Indonesia untuk merayakan pahlawan mereka yang gugur. Indonesia yang dikenal Sudjojono sedang mengalami kehancuran identitas, karena negara itu terkunci dalam pergulatan antara pengaruh asing dan cita-cita revolusioner. Dengan menarik persamaan antara penjajah Belanda dan pemerintah lokal Indonesia, lukisan Sudjojono berubah menjadi komentar sosial tentang kekuatan iman manusia di tengah tirani politik dan emosional
3. Hendra Gunawan (1918-1983)
Hendra Gunawan adalah salah satu seniman modern Indonesia yang paling terkemuka. Banyak lukisannya kemudian menunjukkan adegan kehidupan sehari-hari, diperkuat oleh proporsi seperti kartun dan warna-warna cerah. Wanita berdada besar adalah tema umum. Meskipun menjadi patriot yang bersemangat, hubungan Hendra yang renggang dengan Partai Komunis Indonesia membuatnya dipenjara selama 13 tahun oleh rezim Suharto, yang tidak menyetujui kaum intelektual. Ali Sadikin, yang menjabat sebagai gubernur Jakarta dari tahun 1966 hingga 1977 dan terkenal memodernisasi ibu kota negara, tidak setuju bahwa seniman harus dipenjara. Sebaliknya, ia mendorong kebebasan berekspresi artistik. Ketika ia mengetahui nasib Hendra, ia memberinya cat dan kanvas selama ia dipenjara. Setelah dibebaskan, Hendra membuat lukisan Ali Sadikin ini dan memberikannya sebagai ungkapan terima kasih. Ali mengenakan pakaian putih, mengendarai Harley-Davidson, sementara di sebelah kanannya adalah pahlawan perang Gatot Subroto.
Apa kata para ahli: Karena keterbatasannya dalam kehidupan di luar penjara, Hendra mulai mendalami seni potret selama masa penahanannya, yang menyebabkannya lebih memerhatikan fitur wajah dalam karya-karyanya bahkan setelah dibebaskan. Yang ditampilkan dalam lukisan ini adalah potret diri, yang ditempatkan dengan sederhana dan penuh rasa hormat di bawah pemimpinnya yang dihormati. Dengan rambut panjang dan janggut runcing, kehadiran Hendra Gunawan menjadi tambahan yang menarik dalam karya tersebut karena ia jarang melukis potret diri sebelum masa penjaranya.